Friday, December 30, 2011

Surat Untuk Sahabat

Natal pagi, aku terbangun sambil teringat padamu. Sahabat bertengkarku, sahabat mendengarku. Terlalu banyak persamaan diantara kita hingga perdebatan sering tak terelakan. Persamaan yang sering menjadi bumerang dalam perjalanan persahabatan kita.

Persamaan dalam segala hal, sesama anak sulung, memeluk keyakinan yang sama, aktif di Gereja, organ sebagai alat musik pilihan, bertahan di paskibra walaupun dicemooh seisi sekolah, belajar bahasa inggris di tempat kursus yang sama, mengejar impian yang sama, berjuang di UMPTN yang sama, memimpikan kuliah di kampus yang sama.

Namun ternyata kita berbeda sangat sahabat. Kau pribumi dan aku keturunan Tionghoa. Kau tetap aktif di Gereja hingga akhir hayatmu sedangkan aku tidak. Organ tetap kau geluti hingga tingkat akhir namun tidak denganku. Kau fokus mengejar impianmu sedangkan aku memilih mundur. Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri kau kalahkan sedangkan aku terhambat kemampuan otak. Kau injak kampus idaman kita sedangkan aku hanya menatapmu jauh.

Dengan segala persamaan yang kita miliki dan kita bagi selama ini, ternyata menyimpan begitu banyak perbedaan mencolok antara kau dan aku. Kau mengajarkan bahwa dengan perbedaan besar itu kita tetap dapat saling bersahabat.

Aku merindukan saat-saat Natal bersamamu. Aku menantikan kartu ucapan Natal darimu. Aku menatap nanar layar ponsel berharap kau akan menyapa dengan suara beratmu. Aku menunggu di depan layar komputer berharap kau kirimkan surat eletronik.

Aku tahu semua yang kuinginkan tak kan mungkin terkabul. Sepuluh tahun sudah, semoga kau nyaman disisi-Nya. Selamat Natal dan Tahun Baru sahabat lama...

~RIP Yuninta Maria (1981-2001)~

No comments:

Post a Comment