Friday, April 15, 2011

Kicau Kacau

Judul diatas sebenarnya saya ambil dari catatan kaki seorang entertainer sekaligus penulis, Indra Herlambang. Catatan-catatan kaki seorang Indra Herlambang itu membuat saya ingin kembali menekuni bidang tulis menulis yang sudah saya tinggalkan cukup lama. Terakhir saya menulis di suatu situs pertemanan yang sedang akrab-akrabnya diperbincangkan hampir semua kalangan manusia se-Indonesia Raya ini, facebook. Beberapa dari tulisan tersebut memang terinspirasi kehidupan saya sehari-hari. Kehidupan yang saya jalani dengan mengamati berbagai perilaku di sekitar saya. Seperti sekarang ini, ada seorang operator telepon di kantor saya yang baru belakangan ini saya perhatikan ternyata mulai merubah penampilannya bagaikan tak mau kalah dengan para staf kantor yang kerap bertemu dengan klien. Pertama-tama dia merubah tatanan rambutnya yang dulu seperti rambut jagung, kuning di hampir tiap helai rambutnya, ujung rambut yang patah-patah bercabang (walaupun saat itu saya sudah beranggapan bahwa rambutnya itu sebenarnya cukup tertata rapi), berganti dengan rambut halus tertata rapi lurus tanpa ujung-ujung yang patah bercabang. Sengaja dia pergi ke salon yang lebih bagus untuk merubah tatanan rambutnya yang tak beraturan itu. Lalu dia mulai menggunakan mascara sehingga bulu matanya terlihat melengkung lentik mengalahkan bulu mata Diva terkenal Krisdayanti. Tak lama kemudian dia mulai melengkapi dirinya, yang semula bersepatu datar lalu berganti dengan sandal jepit kantor untuk mempermudah gerakannya dari lantai 1 ke lantai 2, dengan sepatu-sepatu berhak 3-5 cm hingga ketika dia berjalan akan terdengar suara tak..tok..tak..tok..macam pegawai kantoran elit di gedung-gedung tinggi daerah Sudirman-Thamrin. Kini dengan gayanya yang lebih mentereng ketimbang dulu membuat beberapa staf kantor meledeknya, "Duh, bulu matanya bisa buat cantelan tas tuh", atau "Cieee..rambutnya lempeng amat". Kemudian kemeja yang dikenakannya mulai dimasukkan ke dalam celana panjang tanpa ada yang dikeluarkannya sedikit pun, ikat pinggang berbagai model & warna bergantian dililitkan di celana panjangnya. Penampilannya sekarang sudah mulai menyamai pegawai kantoran elit di kawasan Sudirman-Thamrin. Saya tidak bermaksud memandang rendah status operator itu tadi, namun ada beberapa hal yang menurut saya kurang perlu diterapkannya hingga mengubah hampir keseluruhan dirinya. Pertama, kantor saya bukan berada di kawasan elit Sudirman-Thamrin atau gedung-gedung elit lainnya namun hanya berupa satu gedung sederhana di daerah perumahan padat dimana para karyawannya berpakaian kemeja, celana panjang bahan kain serta sepatu/sandal berhak yang akan dilepas ketika sudah sampai di kantor berganti dengan sandal jepit untuk memudahkan wara-wiri di sekitar kantor, sehingga menurut saya tak perlulah si operator ini berpakaian macam pegawai kantoran elit Sudirman-Thamrin. Kedua, kantor saya tidak terlalu banyak didatangi tamu-tamu penting sehingga menurut saya cukuplah untuk sang operator ini berdandan ala kadarnya, menyapu bedak di seluruh muka serta mengoles lipstik di bibir tipisnya secukupnya saja. Ketiga, menurut saya mungkin lebih baik dia merubah tingkah pola lakunya sehingga bisa menarik simpati orang, ketimbang sekarang yang lebih sering menerima telepon dengan muka masam serta suara ketus diiringi dengan pernyataan tanpa basa basi untuk menutup panggilan tersebut. Terlepas dari semua kelebihan & kekurangannya, saya cukup merasa terhibur dengan penampilannya sekarang. Suasana kantor menjadi lebih meriah karena banyak celetukan yang dilemparkan untuknya, sehingga cukuplah hiburan menarik di kantor kecil ini.

No comments:

Post a Comment